Kegiatan masjid yang padat, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sementara hasil infak mingguan, hanya cukup untuk membiayai operasional kegiatan harian saja. Teringat, masjid memiliki aset berupa tanah wakaf yang letaknya strategis, maka timbullah ide untuk memberdayakan tanah wakaf dijadikan tempat usaha, ruko. Demikian penjelasan Sunarman, Pembina Masjid Nurulloh, di Mipitan, Mojosongo Surakarta, saat dikonfirmasi terkait pengerjaan pembangunan ruko milik Masjid Nurulloh, pada Senin (24/02/25) sore.
Pertimbangan lainnya, katanya, tanah wakaf tersebut berada di luar area masjid. Meskipun tanahnya tidak luas, hanya berukuran 3 x 9 meter atau 27 M2, tapi, letaknya sangat strategis. Di pinggir jalan. Tepatnya, dekat jembatan Biru arah menuju kampus UNS.
Tanah wakaf, pemberian dari Hadi Sukamto beberapa tahun yang lalu itu, kemudian dijadikan aset Badan Kesejahteraan Masjid (BKM), dengan nama Badan Usaha Masjid Nurulloh (BUMN). Tujuannya untuk menopang pendanaan kegiatan-kegiatan di masjid Nurulloh sendiri. Yang menarik, meskipun ruko itu belum jadi, sudah ada warga yang akan mengontrak. “Kemarin Pak RW juga minat. Kalau sudah mulai buka, nanti saya nyewa juga mau”, ujar Sunarman menirukan Pak RW.
Dikonfirmasi masalah harga, pembina empat masjid di wilayah Mipitan, Mojosongo, jebres itu, mengatakan bahwa nilai kontraknya berkisar antara 20 s/d 25 juta rupiah per tahunnya. “Kalau tidak salah sekitar 20 sampai 25 juta per tahunnya”, tandasnya.
Ruko BUMN yang biayanya murni disengkuyung para jamaah masjid tersebut saat ini pengerjaannya sudah selesai sekitar 60-an persen. Adapun biaya yang telah dikeluarkan totalnya berkisar 60-an juta rupiah. “Itu semua murni dari jamaah. Misalnya ada jamaah yang sanggup membantu satu cakar ayam, pasir, batu, semen dan sebagainya. Mereka kami beri kesempatan untuk menjadi donatur. Antusias mereka ikut andil itu, tidak lain mereka merasa ikut handarbeni”, ungkapnya.
Oleh karena itu, hingga saat ini, ia mengaku belum sempat membuat proposal, meskipun sudah ada lembaga amil zakat di Kota Solo yang ingin membantu. Namun, berkat antusias jamaah dan dukungan warga, dalam waktu dekat ruko tersebut akan segera terwujud.
“Harapan saya dengan adanya BUMN itu, kegiatan-kegiatan masjid Nurulloh bisa lebih berkembang dan berkualitas. Jadi program-program itu bisa terpenuhi sehingga daya tarik Jamaah itu lebih antusias, terutama anak-anak. Harapan saya itu seperti masjid Jogokaryan di Yogya itu”, Pungkasnya.
Adapun kegiatan Masjid Nurulloh saat ini berupa ; Kajian setiap Senin malam, Selasa malam, kemudian Jumat pagi dan program Qiyamul Lail Satu Juz sejak pukul 02. 00 dinihari hingga shubuh. (Sol).